Dua Kubu Internal Partai Golkar Mulai Beradu Pengaruh
Minggu, 23 Agustus 2009
JAKARTA-Dua kubu internal Partai Golkar mulai beradu pengaruh untuk memperebutkan posisi wakil ketua DPR. Hingga saat ini, Burhanuddin Napitupulu dan Priyo Budi Santoso disebut-sebut merupakan dua kandidat terkuat untuk mengisi pos yang menjadi jatah partai berlogo pohon beringin tersebut.
Burnap -sapaan Burhanuddin- adalah representasi kubu ketua umum Jusuf Kalla (JK). Sedangkan Priyo cenderung membawa kepentingan kubu anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical. Dua kubu itu berebut jabatan bergengsi di DPR karena dapat menentukan arah politik Golkar pascapemilu presiden (pilpres), apakah beroposisi atau berkoalisi dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Priyo menegaskan kesiapannya jika diajukan sebagai wakil ketua DPR. "Sebagai kader tentu saya siap kalau nanti dipilih," kata anggota DPR dari dapil Jatim I (Surabaya dan Sidoarjo) itu di Jakarta kemarin.
Meski demikian, Priyo menegaskan, DPP masih mengodok kader yang pantas mewakili Golkar dalam pimpinan DPR. ''Belum ada keputusan. Mungkin dalam satu dua minggu ini, tidak perlu terburu-burulah,'' imbuhnya.
Dalam rapat pleno Golkar terakhir, selain Burnap dan Priyo, muncul nama Agus Gumiwang Kartasasmita (ketua DPP) dan Airlangga Hartarto (wakil bendahara DPP) sebagai kandidat yang ikut berpeluang terpilih. ''Semua (kader) masih berpeluang,'' kata Ailangga saat dihubungi. Menurut ketua Komisi VIII DPR itu, seperti kandidat lain, dirinya menyerahkan keputusan akhir pada pimpinan partai.
Terkait proses penentuan kader yang diajukan, ada desakan di internal Golkar agar pemilihan dilaksanakan dengan pemilihan suara terbanyak alias voting. Aspirasi itu muncul dari kubu Ical. ''Saya dulu ketika terpilih (jadi ketua DPR) juga tidak ditunjuk, tapi di-voting," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono di gedung parlemen, Jakarta, Jumat (21/8) lalu.
Menurut Agung, penentuan wakil ketua DPR dengan cara voting juga memiliki pertimbangan jangka panjang. Pimpinan DPR akan bisa diterima kubu mana pun karena melalui proses demokratis. "Biar tidak ada lagi isitilah, ini dari JK dan ini dari Ical. Siapa yang terbanyak dialah yang maju," tandas ketua DPR tersebut.
Wasekjen DPP Golkar Iskandar Mandji menegaskan, seluruh mekanisme penentuan pimpinan parlemen dari Golkar belum ditentukan. Namun, fungsionaris yang dekat dengan JK itu tak membantah jika dorongan voting tersebut mulai dimunculkan oleh beberapa pihak. "Mereka itu kan sejak awal sudah ngotot," ujarnya. Namun, dia hanya mengingatkan bahwa mengacu tradisi di Golkar bahwa pimpinan-pimpinan DPR, MPR, dan fraksi ditentukan oleh kepengurusan DPP yang bekerja di pemilu.
Burnap -sapaan Burhanuddin- adalah representasi kubu ketua umum Jusuf Kalla (JK). Sedangkan Priyo cenderung membawa kepentingan kubu anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical. Dua kubu itu berebut jabatan bergengsi di DPR karena dapat menentukan arah politik Golkar pascapemilu presiden (pilpres), apakah beroposisi atau berkoalisi dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Priyo menegaskan kesiapannya jika diajukan sebagai wakil ketua DPR. "Sebagai kader tentu saya siap kalau nanti dipilih," kata anggota DPR dari dapil Jatim I (Surabaya dan Sidoarjo) itu di Jakarta kemarin.
Meski demikian, Priyo menegaskan, DPP masih mengodok kader yang pantas mewakili Golkar dalam pimpinan DPR. ''Belum ada keputusan. Mungkin dalam satu dua minggu ini, tidak perlu terburu-burulah,'' imbuhnya.
Dalam rapat pleno Golkar terakhir, selain Burnap dan Priyo, muncul nama Agus Gumiwang Kartasasmita (ketua DPP) dan Airlangga Hartarto (wakil bendahara DPP) sebagai kandidat yang ikut berpeluang terpilih. ''Semua (kader) masih berpeluang,'' kata Ailangga saat dihubungi. Menurut ketua Komisi VIII DPR itu, seperti kandidat lain, dirinya menyerahkan keputusan akhir pada pimpinan partai.
Terkait proses penentuan kader yang diajukan, ada desakan di internal Golkar agar pemilihan dilaksanakan dengan pemilihan suara terbanyak alias voting. Aspirasi itu muncul dari kubu Ical. ''Saya dulu ketika terpilih (jadi ketua DPR) juga tidak ditunjuk, tapi di-voting," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono di gedung parlemen, Jakarta, Jumat (21/8) lalu.
Menurut Agung, penentuan wakil ketua DPR dengan cara voting juga memiliki pertimbangan jangka panjang. Pimpinan DPR akan bisa diterima kubu mana pun karena melalui proses demokratis. "Biar tidak ada lagi isitilah, ini dari JK dan ini dari Ical. Siapa yang terbanyak dialah yang maju," tandas ketua DPR tersebut.
Wasekjen DPP Golkar Iskandar Mandji menegaskan, seluruh mekanisme penentuan pimpinan parlemen dari Golkar belum ditentukan. Namun, fungsionaris yang dekat dengan JK itu tak membantah jika dorongan voting tersebut mulai dimunculkan oleh beberapa pihak. "Mereka itu kan sejak awal sudah ngotot," ujarnya. Namun, dia hanya mengingatkan bahwa mengacu tradisi di Golkar bahwa pimpinan-pimpinan DPR, MPR, dan fraksi ditentukan oleh kepengurusan DPP yang bekerja di pemilu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar